PERSAHABAT ITU LEBIH PENTING
Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat.
Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Kupikir akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat.
“Dhea, ke kantin yuk kantin buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat.
“Boleh tuh” balas Dhea
Dia tak mengajakku. Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami sering dihabiskan bersama. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik.Dia seharusnya mengerti dengan keadaanku, aku baru saja ditinggal mamaku. Aku selalu merasa, semua orang tak ada yang mengerti dengan perasaanku, aku merasa hidup sendirian didunia ini, aku tak punya teman.
“Cha, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Aziska padaku begitu aku menyelesaikan tangisku.
“Ngga papa, Zis,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai.
“Icha, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama Ferry di taman, ngeliat mukanya aja gue udah seneng banget” ujar Aziska malu-malu.
“Ooooooh” jawabku
“Gue tadi ngomong sama dia loh,gue nanyain alamat fesbuknya sama sekolahannya” jawab Ziska
“Trus dia jawab apa?” tanyaku
“Ya dia ngasih gue alamat fesbuknya,tapi gue lupa hehehe si Ferry ternyata sekolah di ricci 2 loh,dia kelas 3 smp sama seperti kita” jawab Ziska
Ziska pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai, padahal aku juga menyukai lelaki itu. Tapi Ziska tidak tau kalau aku menyukailelaki itu, aku sengaja membiarkan hal itu terjadi demi teman ku. Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia.
“Cha, kenapa ya, Merry malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yang dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Ziska curhat padaku tentang Merry yang begitu dekat dengannya, dulu.
Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu.
“Ah, Zis. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,
“Kalau lo sadar Zis Tuhan kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita.” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku.
“Sorry banget ,Cha. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Lo sahabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Ziska tak kuasa menahan tangisnya.
Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak.
Kami tersenyum bersama. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Tuhan dan menyakiti perasaan seseorang.
SELESAI =)
(maaf yang namanya dipake,pinjem dolo ya namanya) :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar